Design Thinking akan tetap ada. Semakin banyak bisnis dan industri yang menggunakan pendekatan inovatif ini untuk memecahkan masalah dari sudut pandang yang berpusat pada manusia, karena Design Thinking dapat digunakan untuk meningkatkan produk dan jasa yang ada, serta menentukan ide-ide baru mana yang paling dapat melayani pelanggan dan menarik klien baru. Hal ini juga bertujuan untuk memecahkan masalah rumit dengan berfokus pada user, membawa prinsip-prinsip pengalaman user dan desain ke dalam proses pengambilan keputusan pada semua jenis bisnis.

Meskipun Design Thinking dikenal penggunaannya oleh para desainer, proses ini juga digunakan oleh para inovator dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam bisnis, musik, seni, dan sains. Dengan pendekatan pemecahan masalah yang berpusat pada manusia, metode Design Thinking dapat memberdayakan segala jenis bisnis untuk mendekati permasalahan mereka secara efektif dan inovatif. Anda juga dapat menerapkan kerangka ini dalam bisnis Anda.

Sekarang, Apa sih Design Thinking Process itu?

Design Thinking membantu user serta perusahaan dalam memecahkan masalah dengan mengambil pandangan holistik dan berpusat pada user. Inti dari proses Design Thinking adalah pendekatan yang meyakini bahwa end user sebagai kunci dari produk anda dan keputusan juga harus dibuat untuk membantu anda memenuhi kebutuhan dan kekhawatiran user anda. Proses Design Thinking tidak hanya membuat user/pelanggan lebih bahagia tetapi juga dapat menghasilkan profit pada bisnis dikarenakan pelayanan anda memenuhi kebutuhan yang sesuai.

Design Thinking pada dasarnya metode yang digunakan oleh desainer, tetapi sebenarnya proses tersebut juga melibatkan stakeholders lainnya seperti teknik, arsitektur, produk manajer, dan lainnya. Desainer UX biasanya menggunakan pemikiran desain untuk mengatasi masalah kompleks dalam pengembangan produk, yang bertujuan untuk menemukan solusi terhadap masalah rumit melalui proses berulang dan berkelanjutan yang mendorong adanya eksperimen terus-menerus untuk menemukan langkah berikutnya menuju solusi nyata ataupun tepat sasaran.

Ada empat prinsip utama Design Thinking, seperti yang dikemukakan oleh Christoph Meinel dan Harry Leifer dari Hasso-Plattner Institute of Design di Stanford University.

  1. The Human Rule: Semua aktivitas desain bersifat sosial, ditujukan pada manusia sebagai suatu kelompok.
  2. The Ambiguity Rule: Ambiguitas tidak bisa dihindari ketika mencari solusi, jadi eksperimen adalah kuncinya.
  3. All design is redesign: Kebutuhan manusia tetap tidak berubah, namun teknologi dan keadaan dapat berkembang sehingga memungkinkan hal-hal yang baru muncul.
  4. The Tangibility Rule: Membuat sesuatu menjadi nyata melalui pembuatan prototipe dapat memungkinkan desainer untuk mengkomunikasikan solusi mereka dengan lebih efektif.

Tidak hanya ke-empat prinsip tersebut, ada hal penting yang juga harus dipertimbangkan ketika akan melakukan proses Design Thinking. Dalam pembuatan produk atau jasa, inovasi yang dihasilkan dipandu oleh tiga aspek:

  1. Desirability: apakah produk atau jasa yang dihasilkan nantinya masuk akal? apakah bisa diimplementasikan?
  2. Feasibility: Apakah secara fungsional produk yang dihasilkan layak atau tidak? apakah layak untuk masa depan dan juga akan sustain?
  3. Viability: apakah produk atau jasa memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup? apakah akan sustain dalam bisnis model yang telah ditetapkan?

Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa Design Thinking tidak hanya sebuah metode “one-way” namun metode ini memiliki beberapa tahapan juga, dan kerap kali tahapan-tahapan ini menjadi acuan pengulangan agar mendapatkan sebuah inovasi ide yang tepat sasaran.

5 Tahapan Design Thinking

Ada lima langkah utama dalam kerangka Design Thinking yang dapat digunakan tim untuk menyelaraskan dengan kebutuhan user. Ketika tim menerapkan Design Thinking, mereka dapat memahami user dan pelanggan mereka secara lebih menyeluruh, menciptakan solusi hebat yang memecahkan masalah dan mendorong kemajuan bisnis.

  1. Emphatise

Langkah pertama dalam tahapan Design Thinking adalah memahami perspektif, kekhawatiran, dan kebutuhan pelanggan atau target audiens. Pada hal ini, desainer didorong untuk melampaui asumsi mereka tentang apa yang dipikirkan konsumen atau cara mereka berinteraksi dengan dunia. Asumsi dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang kebutuhan dan minat pengguna, sehingga melemahkan inovasi karena mengandalkan pengalaman masa lalu. Sebaliknya, desainer harus secara aktif mengamati dan berinteraksi dengan user untuk mengetahui langsung dari mereka apa yang mereka anggap penting

Sebagai contoh, anda mengamati perilaku pelanggan selama penggunaan perangkat lunak atau berbelanja di toko untuk mengetahui apa yang mereka sukai, apa yang menarik perhatian mereka, dan apa yang menyebabkan frustasi/kekhawatiran. Anda juga dapat berinteraksi dengan produk atau layanan sebagai konsumen, dengan bertujuan untuk memahami secara langsung seperti apa pengalaman pengguna. Wawancara kualitatif juga dapat menjadi bagian dari proses ini. Wawancara ini melibatkan diskusi dengan pengguna untuk memahami sikap, perasaan, dan pengalaman mereka. Fase ini membantu desainer menemukan opini pengguna sebenarnya dan membangun empati terhadap kekhawatiran, perasaan, dan kebutuhan mereka.

  1. Define Problems

Saat Anda mengumpulkan data konsumen yang dikumpulkan selama langkah empati, tugas Anda selanjutnya adalah mendefinisikan dengan jelas masalah yang memerlukan solusi. Berfokus pada kepentingan manusia dan bukan hanya kepentingan bisnis adalah kuncinya, karena keberhasilan bisnis akan bergantung pada respons yang tepat terhadap kebutuhan pengguna.

Proses yang Anda terapkan untuk mendefinisikan masalah pengguna dapat berupa apa saja, mulai dari alat fisik seperti sticky notes, hingga perangkat lunak yang dirancang untuk tujuan ini. Dengan mengelompokkan berbagai masukan user, Anda dapat mengidentifikasi tema umum yang akan mengarahkan Anda ke arah yang benar. Dan, dengan merefleksikan beragam subset dalam grup cluster Anda (misalnya tahap kehidupan, kasus penggunaan), Anda akan yakin bahwa setiap kesimpulan yang dihasilkan mencerminkan spektrum penuh pengalaman user. Hal ini juga akan membantu Anda memahami apakah ada beberapa masalah yang harus dipertimbangkan, atau apakah hanya ada satu masalah yang harus ditangani.

  1. Ideate

Sekarang setelah Anda mengidentifikasi masalahnya, Anda dapat mulai memikirkan solusi yang mungkin atau yang dapat direalisasikan. Di awal langkah pembuatan ide, penting untuk benar-benar berpikiran terbuka selama melakukan brainstorming. Anda ingin mengumpulkan dan menghasilkan ide sebanyak mungkin sebelum mengeluarkannya untuk mendorong kreativitas. Jangan khawatir tentang kelayakan atau kualitas ide saat ini.

Setelah ide dihasilkan, Anda dapat mengevaluasi masing-masing ide dengan anggota tim atau stakeholders, mendiskusikan ide tersebut, menyempurnakannya lebih lanjut, dan memberikan klarifikasi. Ini adalah proses kreatif di mana seluruh anggota tim atau stakeholders diajak untuk mengeksplorasi visinya, berpikir out of the box dan tanpa kendala.

  1. Prototype

Prototyping adalah tahap selanjutnya dari proses Design Thinking, dimana semua ide dialihkan ke dalam bentuk prototipe. Langkah pembuatan prototipe penuh dengan percobaan dan kesalahan, karena eksperimen dapat membantu Anda dan tim Anda mengidentifikasi solusi mana yang paling sesuai untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. Anda dapat mengembangkan versi produk atau layanan yang lebih kecil, diperkecil, atau sementara yang ingin Anda buat untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan juga.

Menggunakan gambar atau versi kertas untuk membantu konsumen membayangkan pendekatan akhir Anda, karena prototipe ringan berbiaya rendah dapat dengan mudah diubah dan diperbaharui. Proses ini sepenuhnya berulang, jadi Anda tidak ingin mendedikasikan terlalu banyak sumber daya untuk satu prototipe sebelum meninjau ide tersebut dengan pengguna untuk mendapatkan masukan dari mereka.

  1. Testing

Setelah Anda membuat, mengadaptasi, dan mengubah prototipe awal dari solusi potensial, tahap selanjutnya adalah menguji produk seperti yang akan terlihat oleh pelanggan, wujud asli dari solusi tersebut akan seperti apa. Ini masih merupakan proses interaksi dan mengadaptasi masukan dari user akan sangat penting sebelum melanjutkan ke implementasi.

Testing adalah cara Anda memastikan bahwa pendekatan Anda benar-benar memenuhi kebutuhan pelanggan yang Anda berempati untuk mengembangkan solusi. Anda dapat membawa solusi Anda ke hadapan beberapa kelompok atau kepada market yang terbatas, serta mengamati sekelompok orang yang berinteraksi langsung dengan solusi Anda. Sebelum melanjutkan ke produksi, pastikan pengujian menyelesaikan masalah pengguna atau memenuhi kebutuhan pengguna, dan kembali melalui proses jika perlu untuk mendapatkan solusi optimal. Meskipun ada beberapa langkah dalam prosesnya, proses ini tidak linier Anda mungkin perlu memikirkan kembali langkah-langkah sebelumnya saat Anda membuat penemuan baru selama proses berlangsung.

——-

Meskipun ini adalah lima tahapan Design Thinking, anda juga dapat mempertimbangkan bagian ke-enam dari proses tersebut yaitu implementasi. Setelah anda melakukan proses ini berulang, anda siap untuk bergerak dengan memasukkan solusi anda ke dalam produksi dan mengimplementasikannya. Perlu diingat juga bahwa tidak semua masalah yang dialami oleh beberapa perusahaan solusinya adalah dengan menggunakan metode Design Thinking.

Sekarang giliran anda yang mencoba mengimplementasikan tahapan-tahapan proses Design Thinking ini, apakah terdapat inovasi baru terhadap bisnis anda? apakah masalah yang anda alami sekarang memerlukan metode Design Thinking sebagai  problem solvernya? atau ternyata proses Design Thinking ini ternyata tidak begitu pas jika digunakan untuk permasalahan yang anda alami sekarang?

Image: Tytton Sishertanto