Journey of UX Research: Langkah-Langkah Menciptakan Dokumen Riset UI Design untuk Creator

Dalam proses perancangan UI Design, UX Research menjadi fondasi utama yang menentukan arah desain, fitur, dan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Tanpa riset yang kuat, desain hanya akan bersifat asumtif dan berpotensi tidak relevan dengan kebutuhan nyata pengguna. Berdasarkan dokumen riset dalam proyek “Perancangan Aplikasi Content Organizer untuk Creator” oleh Nike Nirmala mahasiswa Desain Komunikasi Visual SATU University, berikut adalah tahapan lengkap dalam pembuatan UX Research untuk menghasilkan dokumen riset yang komprehensif dan terstruktur.


- Menentukan Problem Statement dan Validasi Masalah
Tahap pertama UX Research adalah mengidentifikasi masalah nyata yang dialami oleh pengguna. Pada proyek ini, masalah utamanya adalah:
- Content creator kesulitan mengatur jadwal, ide, dan kerja sama endorsement secara terstruktur.
- Banyak dari mereka masih menggunakan metode manual seperti spreadsheet atau catatan ponsel. (Berdasarkan survei, 25% responden masih mengecek jadwal endorse secara manual.)


Untuk memvalidasi masalah, dilakukan:
- Survei terhadap 8 content creator
- Wawancara mendalam kepada 3 responden sebagai kandidat persona.

Validasi ini memastikan bahwa masalah yang diangkat bukan asumsi, tetapi faktual dan dialami pengguna nyata.
- Pengumpulan Data Pengguna (User Data Collection)
Setelah masalah terverifikasi, tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data pengguna melalui metode riset kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam riset:
- Survei online untuk mengukur pola kerja dan kebiasaan.
- Chat interview untuk jawaban yang lebih personal dan fleksibel.
Data yang dikumpulkan mencakup:
- Frekuensi pembuatan konten.
- Cara mengelola jadwal dan ide.
- Tantangan terbesar dalam proses produksi konten.
- Alat yang biasa digunakan (notes, spreadsheet, aplikasi umum).
Data yang terkumpul menjadi dasar dalam merancang fitur dan solusi.
- Membuat User Persona

User persona berfungsi untuk mewakili tipe pengguna ideal berdasarkan hasil riset. Dalam proyek ini, dibuat tiga persona:
- Influencer besar
- Influencer menengah
- Kreator pemula
Masing-masing memiliki:
- Tujuan penggunaan aplikasi
- Perilaku kerja
- Hambatan utama
- Preferensi fitur
Persona membantu tim desain memahami siapa pengguna, bagaimana perilakunya, dan apa yang dibutuhkan secara spesifik.
- Membuat Empathy Map
Empathy map digunakan untuk menggali pengalaman emosional dan mental pengguna. Pada proyek ini, empathy map menggambarkan empat aspek:
- Think: pentingnya sistem terorganisir.
- Say/Do: masih menggunakan catatan manual.
- Feel: terbebani namun merasa puas jika jadwal rapi.
- See: melihat banyak alat bantu yang kurang praktis di mobile.

Empathy map membantu merancang solusi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memenuhi kebutuhan psikologis pengguna seperti rasa kontrol dan ketertiban.
- Analisis Kompetitor dan SWOT
Sebelum merancang solusi baru, perlu dilakukan analisis kompetitor untuk mempelajari:
- Kelebihan aplikasi lain
- Kekurangan yang masih bisa diperbaiki
- Peluang inovasi
- Ancaman dari pasar yang sudah ada
Aplikasi kompetitor yang dianalisis:
- Microsoft To Do
- Remember The Milk

Dari analisis SWOT, ditemukan:
- Kelebihan: tampilan sederhana, fitur pengingat, pencarian.
- Kekurangan: belum menargetkan content creator secara spesifik.

Hasil analisis kompetitor memastikan aplikasi yang dirancang memiliki value yang unik dan relevan.

- Menyusun Sitemap (Struktur Informasi)

Setelah riset pengguna dan kompetitor selesai, dibuatlah sitemap untuk memetakan alur navigasi. Sitemap membantu memastikan:
- Struktur aplikasi mudah dipahami
- Fitur terhubung secara logis
- Navigasi yang jelas dan intuitif
Dalam proyek ini, sitemap terbagi menjadi dua alur utama:
- Professional Creator – fokus pada jadwal endorse dan pengingat.
- Personal Creator – fokus pada penyusunan ide dan target konten.
Pembagian ini merupakan hasil langsung dari analisis persona dan kebutuhan pengguna.
- Pembuatan Wireframe (Kerangka Antar Muka)

Wireframe adalah visual awal dari tampilan UI sebelum masuk ke desain final. Dalam dokumen riset ini, wireframe menggambarkan:
- Tampilan awal (splash screen)
- Halaman pendaftaran
- Pilihan kategori pengguna
- Input jadwal
- Input ide konten
- Halaman list + search bar
- Sidebar menu
- Notifikasi & history
Pada tahap ini, tujuan UX dipetakan dengan jelas:
- Fokus pada kemudahan navigasi
- Akses cepat untuk menambah jadwal/ide
- Layout minimalis dan mudah dipahami
Wireframe menjadi panduan visual bagi tahap desain berikutnya.
- Menyusun Kesimpulan & Rekomendasi
Tahap akhir UX Research adalah membuat kesimpulan dan rekomendasi pengembangan. Dalam dokumen riset ini, kesimpulan menegaskan:
- Aplikasi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan manajemen konten.
- Riset membuktikan adanya kebutuhan nyata terhadap alat yang lebih terorganisir.
Rekomendasi lanjutan:
- Pengujian prototipe (user testing)
- Penyempurnaan navigasi berdasarkan umpan balik pengguna
Langkah ini memastikan solusi yang dikembangkan terus berkembang secara berbasis data.
Mengapa Tahap UX Research Penting?
Tahapan UX Research dari validasi masalah hingga wireframe membantu menghasilkan dokumen riset yang kuat dan terarah. Dengan melakukan riset seperti di atas, perancang UI/UX dapat:
- Membuat solusi yang benar-benar berguna
- Meminimalkan asumsi
- Memastikan aplikasi relevan dengan kebutuhan pengguna nyata
- Menciptakan desain yang intuitif, efisien, dan bernilai
Riset yang sistematis seperti pada proyek ini menjadi contoh ideal dalam proses pembuatan aplikasi berbasis kebutuhan pengguna.
Image: Nike Nirmala
Comments :