Emerging adulthood atau masa dewasa awal adalah masa peralihan dari remaja ke dewasa. Dikatakan masa peralihan karena individu di usia ini masih merasakan kesenangan remaja namun mereka diperhadapkan dengan masa depan yang realistis, memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan, dan secara fisik, penampilan mereka sempurna karena pencapaian aspek-aspek biologis berada di puncak (Putri, 2019).

Terdapat 5 ciri utama yang menjadi karakteristik dari emerging adulthood. Yang pertama di masa ini dapat dikatakan sebagai masa individu kemungkinan dapat mengubah kehidupannya, hal ini karena individu biasanya optimis tentang masa depannya dan ini adalah kesempatan untuk mengubah hidup ke arah yang lebih positif. Yang kedua, individu mengalami fase feeling in between karena merasa tidak dalam masa remaja ataupun masa dewasa yang sudah memiliki lebih banyak pengalaman. Lalu ciri yang ketiga adalah self-focused yang dimana individu mempunyai fokus bagi diri sendiri, artinya individu memiliki sedikit kewajiban sosial yang harus dipenuhi, sedikit tugas, dan komitmen bagi orang lain. Ciri yang keempat adalah instability atau ketidakstabilan, biasanya karena perubahan tempat tinggal, pendidikan, percintaan, maupun pekerjaan. Kemudian ciri yang terakhir adalah eksplorasi diri, ketika individu ingin memahami lebih dalam tentang dirinya sendiri dan mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan bagi kehidupannya (Arnett, 2015).

Dari perspektif teori perkembangan, individu yang berada pada tahap emerging adulthood yaitu berada pada umur 18-25 tahun. Ini merupakan masa transisi yang dimana individu perlu melakukan banyak hal seperti eksplorasi untuk mengembangkan kemampuannya dan terhadap karir untuk nantinya menghadapi pilihan-pilihan mereka kedepannya (Arnett, 2015).

Self-exploration atau eksplorasi diri adalah proses dialog antara diri kita yang sebenarnya, apa yang kita miliki dari diri kita sendiri, dan bagaimana perbedaannya dengan apa yang sebenarnya kita inginkan. Ketika kita melihat ke dalam diri kita dan mencari tahu siapakah kita saat ini dan membandingkannya dengan apa yang sebenarnya kita inginkan, lalu jika kita temukan bahwa kedua hal itu bertentangan maka kita hidup dalam kontradiksi. Hidup dalam kontradiksi biasanya tidak berjalan begitu baik dan menghambat kita untuk bertumbuh sehingga butuh adanya perbaikan dalam diri kita.

Ekplorasi diri mengarah pada proses evolusi diri kita sendiri, dimana hal ini tersebut juga membawa kita untuk menjadi selaras dengan diri kita sendiri. Ini merupakan proses untuk mengetahui apa itu “diri” dan pemahaman tentang keberadaan diri. Hal ini bertujuan agar kita mengenal diri kita dengan lebih baik, sehingga kita bisa dengan mudah untuk memandang semua hal di sekitar kita dengan cara yang benar. Dapat dikatakan ini adalah proses kita mengenali hubungan antara satu individu dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungan sekitarnya (Anuradha, 2017).

Bagi kehidupan individu, begitu banyak pilihan membantu mereka untuk menemukan mana yang paling cocok dan sesuai dengan keinginan mereka. Namun, tidak selalu berdampak positif karena jika diperhadapkan dengan begitu banyak pilihan seseorang jadi kebingungan untuk menentukan pilihan apa yang harus diambil. Hal inilah yang disebut dengan paradox of choice.

Pada saat ini, ada begitu banyak pilihan dalam berbagai situasi yang berkaitan dengan mengambil dan menentukan pilihan. Dengan begitu banyaknya pilihan, hal tersebut dapat menyulitkan kita untuk memroses informasi dalam jumlah yang banyak ( Álvarez, Rey, & Sanchis, 2014). Memiliki beberapa atau bahkan banyak pilihan mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik, namun memiliki banyak pilihan juga dapat berdampak negatif dan itulah yang disebut dengan paradox of choices (Kinjo & Ebina, 2015). Berdampak negatif karena ketika jumlah pilihan yang dimiliki semakin banyak, maka akan membuat kita menjadi overloaded. Dalam hal ini, pilihan tidak lagi membebaskan namun malah membebani. Dampak negatif itulah yang dapat merusak psikologis dan emosi dalam berbagai keadaan, seperti kita merasa cemas, depresi, dan ketidakpuasan (Nahachewsky, 2014).

Salah satu contoh ilustrasi dengan mengambil latar belakang dari pasar lokal di Amerika yang bisa menggambarkan paradoks pilihan adalah ketika kita sedang belanja bulanan dan tujuan utama adalah ke rak tempat sereal. Di rak sereal kita bisa menemukan 275 macam produk sereal. Belum lagi kita mencari bahan-bahan lain yang dimana jika dijumlahkan semua barang mencapai lebih dari 30,000 barang. Ditambah lagi disetiap tahunnya akan ada 20,000 produk yang baru. Banyak pilihan dapat membuat kita terdemotivasi atau perasaan dimana kita merasa lelah dan bahkan menyerah untuk melakukan suatu hal. Sama seperti ketika kita berada di pasar lokal, karena terlalu banyak pilihan produk akhirnya kita memilih produk-produk yang sudah sering kita gunakan sambil mengabaikan produk lain yang mungkin lebih bagus dari yang itu. Dalam situasi pilihan, individu akan sering memilih hal yang “memuaskan” bagi diri, biasanya memiliki opsi yang pertama daripada mencoba untuk mengoptimalkan dan menemukan pilihan yang terbaik ( Linley & Joseph, 2004). Oleh sebab itu, untuk mengatasi paradox of choice ini kita perlu mengetahui pilihan apa yang tidak hanya membuat kita puas tapi pilihan itu sesuai dengan potensi diri kita karena kitalah yang akan melaluinya.

Potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang bisa saja terpendam yang mungkin menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat yang nyata dalam kehidupan manusia (Masni, 2016). Potensi diri disini dapat berupa fisik, karakter, minat dan bakat, kecerdasan, dan nilai-nilai diri sendiri namun belum terolah (Yumnah , 2016). Cara menggali potensi diri ada beberapa hal yaitu; sadar impian kita apa, ketahui apa yang kita sukai, ketahui kepandaian, ketahui hal yang membuat kita nyaman, dan bertanya kepada orang lain agar penilaiannya menjadi objektif, ketahui hal yang paling cepat dipelajari (Akmal & Rosadi, 2021). Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk membuka potensi diri sehingga bisa menjadi bermanfaat baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain bisa dilakukan melalui eksplorasi diri. Lalu, lewat kita melakukan eksplorasi diri, kita bisa dengan mudah menemukan apa yang sebenarnya diri kita butuhkan sehingga tidak akan membuat kita mengalami paradoks pilihan.

Meningkatkan kemampuan adalah bagian dari mengembangkan diri. Pengembangan diri berarti individu memiliki keinginan untuk menjadikan dirinya menjadi lebih baik untuk mencapai tujuannya dengan mengubah perilaku yang menghambat dirinya. Terdapat 4 hal yang menjadi faktor pendukung seseorang melakukan pengembangan diri yakni, mengenali diri sendiri, menerima diri sendiri, mengaplikasikan perilaku, dan mengikuti pelatihan (Rucita & Priatna, 2019). Dengan pengembangan diri, hidup kita pasti lebih terarah dan memudahkan kita untuk menjalani kehidupan kita di masa depan.

 

Author : Faith Esperanza Ai Tanauma – 2710010354

Dalam lomba Psychopaper yang diselenggarakan oleh Psychology village Universitas Pelita Harapan