Boundaries Matter: Learning When to Stop Sharing
“Hari ini list kegiatanku adalah ke kampus, kerkom di cafe bareng Lala, Jaja sama Tita setelah itu aku pulang ke rumah dijemput pak Nana.”
“Bagus gak yah baju aku hari ini?”
“Tugas teroooos tiap hari”
“Yey, aku dapat KTPku hari ini. Bagus kan?”
Kalimat-kalimat diatas merupakan salah satu bentuk oversharing. Secara definisi, oversharing adalah membagikan informasi pribadi secara berlebihan pada situs media sosial (Brammer et. al, 2022). Menurut Agger (2012), oversharing adalah perilaku individu mengungkapkan dirinya seperti perasaan, pikiran dan juga seksualitas yang dilakukan secara online, sehingga mengaburkan batasan antara kehidupan pribadi dan publik. Hal yang serupa diungkapkan oleh Rasyidi (2024), mengungkapkan bahwa oversharing adalah perilaku mengungkapkan diri secara berlebihan kepada masyarakat umum baik online maupun offline.
Terdapat beberapa penyebab seseorang berperilaku oversharing, salah satunya adalah kesepian. Individu yang tidak memiliki teman di dunia nyata akan mencari teman di dunia maya (Hampton et.al, 2014), akibatnya individu akan berlebihan menggunakan media sosial dalam kesehariannya (Twenge, et. al, 2020). Penggunaan media sosial yang berlebihan akan menimbulkan oversharing. Hal ini disebabkan karena agar mendapatkan perhatian dari orang lain (Wang, 2019). Interaksi sosial secara online, tidak dapat menggantikan interaksi sosial secara langsung. Manusia merupakan makhluk sosial, yang membutuhkan hubungan nyata.
Penyebab lainnya adalah pemenuhan kebutuhan akan validasi. Disadari atua tidak, manusia membutuhkan interaksi dengan sesama manusia. Saat ini terjadi pergeseran bentuk interaksi dari offline menjadi online. Individu yang menggunakan media sosial di dorong oleh kebutuhan psikologis, seperti meningkatkan harga diri dan untuk diterima secara sosial (Nadkarni & Hofmann, 2012). Individu dengan harga diri yang rendah akan cenderung melakukan oversharing dan membutuhkan validasi dari pihak eksternal (Forest & Wood, 2012). Semakin sering individu membagikan data pribadi di media sosial akan membuat ketergantungan terhadap validasi sosial yang mereka dapatkan. Harga diri mereka akan meningkat sementara apabila mendapatkan feedbcak positif dari pihak eksternal (Nesi & Prinstein, 2015).
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan agar tidak oversharing:
- Bertanya pada diri sendiri, apakah informasi yang dibagikan penting untuk diketahui orang atau tidak.
- Tujuan membagikan suatu informasi, penting untuk mengetahui tujuan kita membagikan informasi. Apakah ada tujuan yang jelas atau tidak ada tujuan sama sekali.
- Memilah hal yang perlu diketahui orang lain dan tidak.
- Membuat kebiasaan baru, seperti jorunaling.
https://joeyhavens.com/wp-content/uploads/2022/02/overshare-1.jpg
Comments :