Forgiveness dilakukan bukan untuk orang yang sudah menyakiti kita, melainkan dilakukan untuk diri kita sendiri.”

Seberapa sering kita merasa “tersakiti” oleh perkataan dan sikap yang diakibatkan oleh orang lain? Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kita untuk mampu “sembuh” dari rasa tersakiti? Siapa pihak yang paling sering membuat kita merasa tersakiti? Seberapa dekat kita dengan orang yang menyakiti kita?

Forgiveness atau memaafkan adalah salah satu konsep yang diangkat dalam Psikologi Positif. Forgiveness secara definisi artinya adalah berkurangnya rasa dendam, menghindari dan meningkatnya rasa kasih sayang terhadap orang yang menyakiti kita (McCullough, 2001). Pada prakteknya, forgiveness bukan hal yang mudah dan cepat untuk bisa dilakukan oleh seseorang. Seperti pepatah mengatakan, “Time will heal.” Forgiveness bukan suatu tujuan akhir yang begitu kita sampai dan selesai. Forgiveness merupakan sebuah perjalan proses yang terkadang menyenangkan dan terkadang menguras emosi serta pikiran kita. Salah satu tokoh yaitu, Everett Wothington (2017) memberikan panduan yang dapat kita lakukan jika akan memutuskan untuk memaafkan seseorang. Berikut adalah beberapa langkah yang mampu kita lakukan dan coba.

Worthington memperkenalkan sebuah cara untuk memaafkan yaitu REACHRecall the hurts, hal pertama yang dilakukan adalah memunculkan hal atau ingatan yang menyakitkan. Beberapa dari kita menghindari untuk mengingat hal menyakitkan tersebut, beberapa dari kita terus terpaku dengan hal yang menyakitkan (rumination). Namun, mengingat kembali hal yang membuat kita sakit adalah hal pertama yang perlu dilakukan. Bagaimana mau maafin orang lain, kalau kita pura-pura lupa?

Empathize with your partner, hal kedua adalah mencoba menjadi orang yang telah menyakiti kita. Membayangkan kita sedang berbicara dengan kursi kosong, mengutarakan semua perasaan sedih, kecewa, kesal dan marah atas perbuatan yang mereka lakukan pada kita. Selesai meluapkan emosi pada kursi kosong, saatnya diri kita berperan menjadi orang yang mendengarkan keluh kesah tersebut. Perasaan apa yang muncul? Apakah kita bisa memulai empati terhadap keluhan tersebut? Saran apa yang bisa kita berikan jika mendapatkan keluhan tadi?

Altruistic gift, bukalah hati secara perlahan untuk mulai memberikan maaf. Sadarilah bahwa kita sebagai manusia pasti pernah dan akan berbuat salah pada orang lain, orang tua, teman, sahabat dan juga pasangan bahkan orang asing sekalipun. Berikanlah maaf tersebut sebagai bentuk kasih sayang yang tulus. Commit, berjanjilah pada diri sendiri untuk terus berusaha mengikuti proses memaafkan dengan menuliskan “Hari ini, saya memaafkan …. (isi dengan nama orang yang kita maafkan hari ini).” Hold onto forgiveness, pada saat kita mulai ingin membalas dendam orang yang sudah sempat kita maafkan, hal yang perlu dilakukan adalah membaca kembali catatan yang sudah kita buat.

Memaafkan adalah proses yang akan terus berlangsung sepanjang hidup kita. Sebelum memaafkan orang lain, sudahkah memaafkan diri sendiri? Bukan hanya orang lain yang perlu dimaafkan, diri sendiri pun perlu dimaafkan.

Enjoy the process 🙂

Sumber:

McCullough, M.E. (2001). Forgiveness: Who Does it and How Do They Do It? New York: American Psychological Society, Blackwell Publisher Inc.

Worthington, Everett. (2017). Preach and Teach REACH Forgiveness: A Practical Resource for Promoting Forgiveness in
Your Congregation. 
Virginia Commonwealth University.