Beyond the Hype: Understanding FOMO, Virality, and the Bandwagon Effect.
Dalam era digital yang semakin berkembang, fenomena produk viral bukan sekadar tren sesaat, tetapi juga mencerminkan pola perilaku konsumen yang menarik untuk dikaji. Dalam sharing session pada tanggal 7 Desember 2024 yang bertajuk Beyond the Hype: Understanding FOMO, Virality, and the Bandwagon Effect, Prof. Nugroho Juli Setiadi, S.E., M.M., Ph.D. dan Ni Made Putri Ariyanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog berbagi wawasan kepada para remaja SMA di Sukabumi tentang bagaimana keputusan pembelian dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis dan sosial.
Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu atau kelompok memilih, membeli, dan menggunakan produk atau layanan. Keputusan pembelian tidak hanya berdasarkan kebutuhan rasional, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor emosional dan sosial. Proses psikologis yang terjadi dalam pengambilan keputusan melibatkan persepsi, motivasi, pembelajaran, serta sikap terhadap suatu produk atau merek. Inilah yang menyebabkan seseorang sering kali tergerak untuk membeli produk tertentu bukan hanya karena kebutuhan, tetapi juga karena pengaruh lingkungan sekitarnya.
Salah satu fenomena yang sering terjadi dalam perilaku konsumen adalah Bandwagon Effect, yaitu kecenderungan seseorang mengikuti apa yang dilakukan mayoritas tanpa mempertimbangkan secara kritis apakah produk tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Dalam konteks konsumsi, fenomena ini terlihat jelas pada tren pembelian produk viral. Bahkan ada laporan tentang seorang anak SD yang dijauhi teman-temannya di sekolah hanya karena tidak memiliki boneka yang sedang viral (Labubu). Selain itu, contoh lain adalah rasa penasaran terhadap coklat Dubai membuat satu tim kerja urunan untuk membeli dan mencobanya bersama-sama.
Fenomena lain yang turut mempengaruhi keputusan pembelian adalah Fear of Missing Out (FOMO). Perasaan cemas atau takut tertinggal dari pengalaman yang dinikmati orang lain menjadi pemicu utama dalam perilaku konsumsi. Media sosial semakin memperkuat fenomena ini dengan menampilkan berbagai tren terbaru yang diikuti oleh banyak orang. Keinginan untuk tidak ketinggalan tren mendorong seseorang untuk ikut serta dalam antrian panjang demi mendapatkan produk eksklusif, seperti antrean panjang untuk mendapatkan coklat viral atau merchandise terbatas dari suatu merek terkenal.
Di era digital, keputusan pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan fungsional tetapi juga oleh dinamika sosial dan psikologis yang berkembang. Media sosial berperan besar dalam menciptakan rasa keterhubungan dengan kelompok sosial. Melihat teman-teman membicarakan dan membeli suatu produk dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk ikut serta dalam tren tersebut. Selain itu, strategi pemasaran digital yang berbasis emosi semakin memperkuat dorongan ini. Influencer, misalnya, menggunakan pengalaman pribadi untuk membangun keterikatan emosional dengan audiens mereka, sehingga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara yang lebih persuasif. Kemudahan dalam mendapatkan perbandingan cepat mengenai kelebihan dan kekurangan suatu produk melalui ulasan dan testimoni juga semakin mempercepat proses pengambilan keputusan.
Memahami psikologi di balik tren konsumsi sangat penting bagi remaja, terutama di era digital yang penuh dengan arus informasi cepat dan tekanan sosial. Dengan menyadari bagaimana Bandwagon Effect dan FOMO bekerja, generasi muda dapat lebih kritis dalam mengambil keputusan pembelian dan tidak mudah terpengaruh oleh tren semata. Sharing session ini menjadi langkah awal bagi para siswa SMA di Sukabumi untuk lebih sadar akan pola konsumsi mereka dan mampu membuat pilihan yang lebih bijak di tengah gempuran tren digital.
Comments :