Dalam benak banyak orang, dunia game dan akuntansi berada di dua kutub yang sangat berbeda. Yang satu identik dengan kreativitas, hiburan, dan teknologi canggih, sementara yang lain dikenal dengan ketelitian, aturan, dan angka-angka yang kaku. Namun, di era digital saat ini, kedua bidang ini justru saling terhubung erat dan menciptakan sinergi yang tak terduga. Hubungan ini bisa dilihat dari dua sisi utama: peran krusial akuntansi dalam industri game dan pemanfaatan elemen game untuk pembelajaran akuntansi.

Industri game global telah berkembang menjadi raksasa ekonomi dengan valuasi triliunan dolar. Di balik setiap peluncuran game sukses, ada tim akuntan yang bekerja keras untuk memastikan kelangsungan dan profitabilitas bisnis. Peran akuntan di perusahaan game jauh lebih kompleks daripada di bisnis tradisional, karena mereka harus berhadapan dengan model pendapatan yang beragam dan unik.

  • Pendapatan yang Berliku: Pendapatan sebuah game tidak hanya datang dari penjualan produk itu sendiri. Akuntan harus mengelola dan melacak berbagai sumber pemasukan seperti:
    • Mikrotransaksi: Pembelian item virtual atau mata uang dalam game.
    • Loot Box: Kotak kejutan dengan item acak.
    • Langganan Bulanan: Model bisnis yang populer untuk game multipemain daring.
    • Pendapatan Iklan: Iklan yang disisipkan dalam game gratis.
    • Royalti: Biaya yang dibayarkan kepada pengembang eksternal atau pemilik lisensi.
  • Tantangan Pengakuan Pendapatan: Salah satu tantangan terbesar adalah kapan sebuah perusahaan bisa mengakui pendapatan. Misalnya, untuk game daring, pendapatan dari mata uang virtual mungkin tidak bisa diakui hingga pemain benar-benar menggunakannya. Akuntan harus mematuhi standar akuntansi internasional seperti IFRS 15 (Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan) untuk memastikan pelaporan yang akurat.
  • Analisis Biaya dan Penganggaran: Akuntan juga berperan penting dalam menganalisis biaya pengembangan, pemasaran, pemeliharaan server, dan royalti. Analisis ini membantu manajemen membuat keputusan strategis, seperti menentukan harga jual, alokasi anggaran pemasaran, dan investasi pada fitur game baru.

Industri game mendorong inovasi dalam pelaporan keuangan. Contohnya, dengan model bisnis “game as a service” yang menawarkan pembaruan konten dan event rutin, akuntan harus menyesuaikan cara pencatatan pendapatan dan biaya agar sesuai dengan standar yang berlaku. Mereka tidak hanya mencatat transaksi, tetapi juga melakukan analisis prediktif untuk mengukur nilai masa depan dari sebuah game dan basis pemainnya.

Di Indonesia, kasus serupa juga terjadi. Misalnya, game populer seperti Free Fire dan Mobile Legends: Bang Bang memiliki ekosistem ekonomi yang kompleks. Akuntan di perusahaan pengembang atau penerbit lokal harus berurusan dengan:

  1. Pendapatan dari Mikrotransaksi: Pembelian Diamond atau Battle Pass yang dilakukan oleh pemain.
  2. Kerja sama dengan e-wallet: Integrasi pembayaran dengan Gopay, OVO, atau Dana, yang memerlukan rekonsiliasi akun yang teliti.
  3. Pajak Transaksi Digital: Pemerintah Indonesia telah memberlakukan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk produk dan layanan digital dari luar negeri, yang berdampak pada penetapan harga dan pencatatan pendapatan.

Kasus ini menunjukkan bahwa akuntansi di Indonesia harus beradaptasi dengan cepat untuk mengikuti perkembangan industri game yang sangat dinamis, baik dari sisi teknologi maupun regulasi pemerintah.

Di sisi lain, dunia akuntansi mulai mengadopsi elemen-elemen dari game, sebuah konsep yang dikenal sebagai gamifikasi. Gamifikasi adalah penggunaan mekanika permainan—seperti poin, lencana, papan peringkat, dan tantangan—dalam konteks non-game, khususnya di dunia pendidikan dan profesional.

  • Meningkatkan Minat dan Motivasi: Akuntansi sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan rumit. Dengan gamifikasi, materi akuntansi bisa disajikan dalam bentuk simulasi interaktif, kuis berbasis poin, atau bahkan game edukasi yang mensimulasikan siklus akuntansi. Ini membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik, sehingga siswa lebih termotivasi.
  • Meningkatkan Pemahaman Konsep: Game dapat mensimulasikan transaksi bisnis yang kompleks di lingkungan yang aman dan bebas risiko. Mahasiswa akuntansi dapat mempraktikkan pencatatan jurnal, penyusunan laporan keuangan, dan analisis data dalam skenario yang mirip dunia nyata. Hal ini membantu mereka memahami konsep abstrak secara lebih konkret.
  • Pengembangan Keterampilan: Selain pengetahuan teknis, gamifikasi juga dapat membantu mengembangkan keterampilan lunak (soft skills) yang penting bagi seorang akuntan, seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan kerja sama tim.

 

Sumber Referensi

  • IFRS 15: Revenue from Contracts with Customers.
  • PwC Global Entertainment and Media Outlook