Generasi Z. Generasi yang lahir di rentang tahun 1997 sampai 2012 ini sering dilabeli sebagai “generasi pembawa masa depan”. Mereka tumbuh bersama internet, mahir mengulik teknologi, kreatif, dan cepat beradaptasi. Di media sosial, mereka piawai membangun personal branding, paham tren terkini, dan tak jarang menjadi motor penggerak perubahan budaya pop.

Tapi, di balik sorotan dan potensi yang besar itu, ada satu hal yang sering luput dibahas: urusan keuangan. Banyak Gen Z yang punya mimpi besar — mulai dari punya bisnis sendiri, traveling keliling dunia, sampai mencapai financial freedom di usia muda — namun perjalanan ke sana ternyata penuh tantangan.

Realita Keuangan Gen Z

Data survei menunjukkan, mayoritas Gen Z yang baru terjun ke dunia kerja menerima gaji yang “cukup untuk hidup”, tapi belum cukup untuk hidup nyaman apalagi bebas finansial. Skill pengelolaan uang pun masih terbatas, dan literasi keuangan mereka baru berada di angka 44,04% — di bawah generasi milenial.

Dalam hal pengeluaran, Gen Z punya prioritas yang khas. Nomor satu adalah belanja pulsa dan internet. Wajar, karena dunia mereka sangat terhubung secara digital. Disusul bahan makanan, cicilan, hingga jajan di luar. Sayangnya, untuk urusan menabung, pola yang dominan adalah “nabung kalau ada sisa”, bukan “sisihkan di awal”.

Hampir 60% Gen Z memiliki pengeluaran yang sama atau bahkan lebih besar dari pendapatan. Saat pandemi melanda, memang sebagian dari mereka lebih tahan banting dibanding generasi yang lebih tua karena belum banyak tanggungan, tapi bukan berarti mereka bebas dari tekanan finansial. Gaya hidup konsumtif, tren yang cepat berganti, dan mental “masih muda, nikmatin aja dulu” sering menjadi jebakan yang bikin kondisi keuangan stagnan.

Kesadaran Ada, Aksi Belum Maksimal

Menariknya, 66,7% Gen Z mengaku paham bahwa investasi itu penting. Sayangnya, kesadaran ini belum selalu berujung pada tindakan. Alasan klasiknya: “Belum ada dana untuk mulai.” Bahkan ada juga yang mengaku belum terpikir ke arah sana, atau masih ingin menikmati masa muda tanpa “repot” memikirkan masa depan finansial.

Bagi yang tertarik, jenis investasi yang jadi incaran utama adalah emas, tanah, dan properti. Hanya sebagian kecil yang melirik saham, reksadana, atau aset digital seperti cryptocurrency. Soal perlindungan finansial, lebih dari separuh Gen Z belum punya asuransi — baik kesehatan maupun jiwa — yang artinya mereka rentan kalau menghadapi risiko tak terduga.

Financial Advisor: Masih Asing di Kalangan Gen Z

Peran financial advisor atau perencana keuangan sebenarnya bisa jadi kunci bagi Gen Z untuk lebih terarah dalam mengatur uang dan memilih investasi. Namun, faktanya baru 12% Gen Z yang menggunakan jasa ini. Alasan mereka yang menggunakan pun cukup jelas: ingin pengaturan keuangan yang lebih terarah, merasa lebih aman, dan ingin dibantu memilih investasi yang sesuai kebutuhan.

Sementara yang menolak beralasan mereka merasa bisa mengatur sendiri, bisa belajar investasi dari internet, atau belum punya dana khusus untuk membayar jasa tersebut.

Padahal, di lingkungan kerja seperti Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), ada peran penting bernama TREFA (Treasury, Regional Economist, and Financial Advisor) yang bisa dimanfaatkan. Dengan bimbingan dan kolaborasi yang tepat, pegawai Gen Z di sana sebenarnya punya peluang besar untuk mengasah skill keuangan dan memberi dampak nyata, baik bagi organisasi maupun masyarakat luas.

Empat Langkah Sederhana untuk Keuangan Lebih Baik

Bagi Gen Z, mengubah cara mengelola uang memang nggak bisa instan. Tapi ada beberapa langkah yang terbukti efektif:

  1. Melek Literasi Keuangan Digital
    Gunakan internet bukan cuma untuk hiburan, tapi juga belajar soal keuangan, investasi, dan manajemen uang.
  2. Hidup Hemat ala Frugal Living
    Hemat bukan berarti pelit. Ini soal membelanjakan uang sesuai prioritas dan menghindari pemborosan demi masa depan.
  3. Tambah Skill untuk Side Income
    Skill seperti desain, coding, content creation, atau freelancing bisa jadi sumber pemasukan tambahan.
  4. Kontrol Lifestyle Inflation
    Saat gaji naik, bukan berarti pengeluaran ikut naik drastis. Pertahankan gaya hidup sederhana dan fokus ke tabungan/investasi.

Dari Slogan ke Kenyataan

Potensi Gen Z jelas besar. Mereka punya energi, kreativitas, dan kedekatan dengan teknologi yang membuat mereka mampu beradaptasi dengan cepat di dunia yang terus berubah. Namun, potensi saja tidak cukup.

Slogan “Gen Z bawa masa depan” baru akan menjadi kenyataan kalau diikuti langkah konkret untuk mengelola uang, membangun aset, dan melindungi diri dari risiko. Dukungan edukasi, mentoring, dan akses ke sumber daya yang tepat bisa membantu Gen Z mengubah mimpi menjadi rencana, dan rencana menjadi kenyataan.

Karena pada akhirnya, masa depan bukan cuma tentang teknologi, kreativitas, atau inovasi. Masa depan juga tentang bagaimana kita mengelola sumber daya — termasuk uang — dengan bijak, agar hidup yang diimpikan benar-benar bisa terwujud.

Referensi:

Athfi Nadia Permatasari Devi. (2024). Gen Z dan Peran Financial Advisor: Membangun Masa Depan yang Lebih Nyata. Kementerian Keuangan Republik Indonesia – Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Prihastomo, T. (2024, 28 Februari). 4 Tips Mengelola Keuangan yang Cocok dengan Karakteristik Gen Z. Media Keuangan. Diakses dari https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/4-tips-mengelola-keuangan-yang-cocok-dengan-karakteristik-gen-z

Katadata Insight Center. (2022, Januari). Survei Perilaku Keuangan Generasi Z & Y. PT Katadata Indonesia.